VAKSIN COVID-19 TIDAK KEBAL MENGHADAPI VIRUS

DATA INFORMASI KLARIFIKASI
JENIS KLARIFIKASI
KESEHATAN - CORONA - VAKSIN
LOKASI INFORMASI
NASIONAL - NASIONAL
JENIS INFORMASI
HOAKS - MISLEADING CONTENT
KANAL ADUAN
FACEBOOK
BUKTI ADUAN
TEXT
PETUGAS CEK FAKTA
DILIHAT
130 KALI

Kamis, 04 Februari 2021

VAKSIN COVID-19 TIDAK KEBAL MENGHADAPI VIRUS


Beredar di media sosial Facebook yang menyebut vaksinasi covid-19 percuma dilakukan. Dia mengklaim kalau vaksin masih bisa membuat seseorang tertular virus.


CEK FAKTA: Untuk membuktikan klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menghubungi dr. Muhamad Fajri Adda'i, yang merupakan dokter relawan covid-19 dan edukator kesehatan. Dia pun menjelaskan cara vaksin melawan virus.


"Vaksinasi butuh proses untuk bekerja dan menimbulkan kekebalan. Kekebalan ini juga belum diketahui akan bertahan sampai kapan. Sebab, respons imun setiap orang berbeda-beda terhadap vaksinasi," katanya.


Dia pun mencontohkan Sinovac, vaksin yang diizinkan dipergunakan di Indonesia untuk melawan covid-19. Dokter Fajri juga memastikan kalau orang yang sudah divaksinasi bisa mengurangi risiko tingkat keparahan jika tertular covid-19.


"Vaksin Sinovac berisi kuman mati sehingga jika seseorang pasca vaksin terinfeksi covid-19, infeksi tersebut berasal dari luar tubuh."


"Pasca penyuntukan vaksin, tidak menghilangkan risiko tertular covid-19. Jika sudah terinfeksi pun masih bisa menularkan kepada orang lain. Vaksinasi juga mengurangi risiko perburukan tingkat keparahan jika tertular covid-19," ujarnya menegaskan.


Berbicara soal efek samping vaksin, dr Fajri Adda'i mengatakan tidak berbahaya. "Efeknya ringan kok," ucapnya. 


"Walau kecil, jika ada 100 juta org divaksin maka dikhawatirkan akan ada 100-200 alergi. Sehingga, untuk 30 menit pertama pasca disuntik, orang yang divaksin diminta menunggu untuk pemantauan," katanya menegaskan.


Selanjutnya, Cek Fakta Liputan6.com mendapatkan penjelasan dari Kepala Lab Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI, Wien Kusharyoto. Dia menjelaskan proses kerja vaksin saat Virtual Class: Tips Menangkal Hoaks Vaksin Covid-19 di Media Sosial, Jumat (29/1/2021).


"Ada yang beranggapan setelah divaksin, menjadi kebal. Artinya tidak mungkin terinfeksi virusnya. Padahal, seharusnya diperhatikan, kita harus menunggu hingga vaksinasi yang kedua."


"Setelah itu kita harus menunggu sekitar dua minggu, baru jumlah antibodi yang terbentuk dianggap memadai untuk menghindarkan seseorang dari terinfeksi atau dampak yang serius dari infeksi tersebut," kata Wien.


Wien juga memastikan kalau virus yang dilemahkan dalam vaksin tidak mungkin aktif lagi di masa depan. Wien juga menyebut vaksin tidak menimbulkan penyakit baru.


"Jelas tidak. Biasanya yang digunakan untuk vaksin merupakan yang spesifik bisa menimbulkan respons kekebalan terhadap target dari virus atau bakteri. Misalnya, Sinovac, virus SARS-COV-2 yang awalnya diperbanyak menggunakan sel, lalu ada proses pemurnian hingga kontrol kualitas."


"Perusahaan-perusahaan ini harus menjamin dan memastikan kalau vaksinnya tidak aktif kembali. Vaksin-baksin (covid-19) lainnya tidak akan menimbulkan penyakit kembali," ucapnya menegaskan.


Sebelumnya, Juru Bicara PT Bio Farma (Persero), Bambang Heriyanto telah memastikan kalau vaksin sinovac sangat aman digunakan untuk melawan virus corona covid-19.


"Vaksin Sinovac sudah mendapatkan persetujuan izin penggunaan darurat oleh BPOM dengan telah dikeluarkannya EUA (Emergency Use Authorization)."


"Hal ini membuktikan vaksin tersebut telah memenuhi persyaratan dan standar yang berlaku, baik nasional maupun internasional (WHO) sehingga vaksin telah aman, berkualitas, dan berkhasiat untuk dapat digunakan. Vaksin Sinovac telah memenuhi syarat kehalalannya oleh MUI," kata Bambang kepada Cek Fakta Liputan6.com.


KESIMPULAN: Klaim yang menyebut vaksin tidak kebal melawan virus dan masih bisa menularkan virus tidak benar. Faktanya, vaksin butuh waktu untuk membentuk antibodi agar seseorang tidak terinfeksi atau dampak yang serius dari infeksi dari sebuah penyakit.


Informasi ini jenis hoaks misleading content.


RUJUKAN: 
http://bit.ly/2MPJZiq